4 Tips Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak

Angga

Tips Mengatasi Kecanduan Gadget

Teknologi internet telah merambah kehidupan masyarakat, termasuk di Indonesia. Lima tahun belakangan ini fenomena yang mencuat adalah maraknya penggunaan gadget.

Melalui rilis Kementrian Komunikasi dan Informasi yang menggunakan riset lembaga Emarketer, dari 250 juta jiwa penduduk, pengguna aktif internet di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Namun kita mulai melihat dampak negatif dari penggunaan gadget yang tersambung internet, yaitu kecanduan gadget pada anak.

Rentang umur paling rentan dalam mengalami kecanduan gadget adalah 9-19 tahun. Berikut 4 tips mengatasi kecanduan gadget pada anak.

1. Batasi Waktu Penggunaan Gadget
Bagi anak-anak yang telah memasuki usia sekolah, perlu diberi batasan hari-hari mereka menggunakan gadget. Setelah anak-anak pulang sekolah, lebih baik anak berinteraksi dengan anggota keluarga, seperti orang tua dan kakak-adik di rumah.

Dari segi hari, dalam seminggu orang tua dapat membatasi jumlah hari sang anak menggunakan gadget. Dalam 7 hari, bisa saja hari boleh menggunakan gadget dibatasi menjadi hanya 3-4 hari.

Hal itu dilakukan supaya fokus anak terhadap tanggungjawabnya, terutama aktivitas belajar akademik maupun kegiatan keagamaan sehari-hari dapat terlaksana. Untuk harinya apa saja, itu dapat disepakati dengan anak yang bersangkutan.

Dari segi waktu atau jam per hari, itu juga perlu dibatasi. Berdasarkan penelitian toleransi penggunaan gadget per hari yang dapat ditoleransi adalah total 3 jam dalam sehari. Penggunaan gadget di atas 3 jam akan menimbulkan dampak negatif.

Organ yang paling pertama kena dampak negatif adalah mata. Organ selanjutnya yang menderita adalah lambung, apabila si anak sampai lupa atau kurang asupan makanan.

Pada taraf ekstrem, kecanduan gadget dapat menyerang otak karena akan menyerang bagian cortex tertentu. Bagian cortex yang mengalami kelainan adalah prefrontal cortex, sama seperti kelainan pada pengguna obat-obatan terlarang.

2. Bangun Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan alamiah yang dialami oleh anak ketika ia mulai berkakivitas di sekolah maupun lingkungan. Dalam kajian sosialisasi, teman sepermainan merupakan salah satu dari agen sosialisasi.

Ketika pulang sekolah, anak-anak masih punya waktu bermain di lingkungan rumah. Saat itulah mereka punya waktu bermain bersama teman-temannya, kadang bermain di salah satu rumah temannya, kadang bermain di taman.

Saat itu mereka akan menjalin komunikasi dan hubungan dengan teman-teman seumurannya. Dan yang juga penting, saat itulah mereka lupa terhadap gadget pribadi mereka masing-masing.

3. Perbanyak Aktivitas Fisik
Ada banyak aktivitas maupun permainan yang melibatkan kegiatan fisik. Pada anak-anak pra-sekolah, tubuh orang tua adalah sarana bermain paling baik.

Pada anak-anak usia SD aktivitas fisik mereka dapat berupa bersepeda, berkemah atau main masak-masakan, berolah raga sepak bola atau basket. Semua itu dapat dilakukan di pekarangan rumah atau sambil menggelar tikar di taman atau halaman masjid/mushala.

Sekolah-sekolah juga menyediakan ekstra kurikuler (ekskul) yang melibatkan aktivitas berpikir dan berkreativitas. Saat ini ada Pramuka yang telah ditetapkan pemerintah sebagai ekskul wajib pada setiap jenjang sekolah.

Selain itu ada juga ekskul bela diri seperti pencak silat, karate, dan taekwondo. Pada jenjang SMP dan SMA ada juga ekskul Paskibra, Palang Merah Remaja (PMR), dan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Dengan melibatkan kegiatan-kegiatan positif yang melibatkan pikiran, sikap, maupun gerak fisik dari anak, kita dapat mengharapkan anak-anak kita tumbuh lebih terampil dan kolaboratif.

4. Orang Tua Memberikan Contoh
Kita sering mendengar bahwa anak-anak usia belia bagaikan sponge. Mereka menyerap apapun yang ada di sekitar mereka, dari pengetahuan, penggunaan bahasa, sampai ke perilaku pun mereka tiru. Oleh sebab itu orang-orang terdekat berperan mewarnai karakter anak-anak itu.

Orang tua banyak mencontohkan cara makan yang benar, cara berbicara yang baik dan sopan, tata cara beribadah yang benar, serta cara berpakaian yang mengikuti norma-norma yang berlaku. Namun yang terkadang sering lupa, kebiasaan-kebiasaan “buruk” juga sering dicontohkan orang tua. Salah satunya adalah seringnya orang tua bermain gadget ketika ada kegiatan bersama keluarga di rumah maupun di luar rumah.

Orang tua sering menampilkan adegan bermain gadget ketika sedang makan bersama. Orang tua juga terkadang masih sempat menggunakan gadget ketika sedang membimbing anaknya belajar, maupun ketika mau tidur atau bahkan sampai ke kamar mandi.

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer